TIADA
IMPERATIF TANPA SUATU IMPERATOR
Aplikasi
dari asas logikal pada norma – norma kadang – kadang didasarkan pada suatu
analogi yang dipandang mungkin untuk diasumsikan, memang tidak antara kebenaran
dari sebuah pernyataan dan keabsahan dari sebuah norma, melainkan antara
kebenaran dari yang satu (yakni pernyataan) dan pentaatan (observance) dari
yang lain (yakni: norma). Sebagai sebuah contoh dapat dirujuk pada esei dari
Walter Dubislav, “Zur Unbergrundbarkeit der Forderungssatze (Theroria 3, 1937),
yang didalamnya ia meneliti persoalan tentang penginferensian (penyimpulan)
dari keabsahan sebuah norma umum pada sebuah norma individual. Dublislay
berpendapat bahwa tidak terdapat imperatif tanpa suatu imperator, bahwa yang
satu tanpa yang lain adalah suatu “absurditas” dan bahwa terdapat suatu
perbedaan fundamental antara affirmasi (pengiyaan) dan tuntutan, dalam hal
bahwa tuntutan – tuntutan tidak dapat dihadapkan pada alternatif apakah benar
atau salah. Karena itu, aturan logikal dari inferensi adalah tidak aplikabel
pada tuntutan – tuntutan. Akan tetapi, ia melanjutkan mengatakan bahwa jika
kita sekalipun demikian menyimpulkan dari sebuah tuntutan, seperti misalnya
“Orang tidak boleh membunuh orang lain”, suatu tuntutan lain misalnya “Kain
tidak boleh membunuh Abil” (p.339), ini hanya mungkin sejauh kita melaksanakan
suatu “transformasi” dari tuntutan – tuntutan (p. 340), dan dengan cara yang
demikian hingga mengubah mereka menjadi afirmasi – afirmasi yang
dapat dihadapkan (ditunjukkan) pada alternatif apakah benar atau
salah.
Tuntutan
bahwa “Orang tidak boleh membunuh orang
lain” ditransformasikan menjadi sebuah afirmasi yang oleh Dubislav
diformulasi sebagai berikut: “Instansi tuntutan (demand – instance) menghimbau
orang untuk mewujudkan suatu situasi yang dapat dilukiskan dengan cara berikut:
Jika X adalah seorang manusia, maka tidak ada orang yang ia bunuh” – Pernyataan
“jika – maka” ini dikatakan sebagai afirmasi yang berkenaan dengan tuntutan
itu’. Ia juga dapat diformulasi jauh lebih sempurna, sebagai “Orang tidak
membunuh orang lain”. Afirmasi yang berkenaan dengan tuntutan: “Kain tidak
boleh membunuh Abil” telah tidak dirumuskan (diformulasikan) oleh Dubislav.
Namun, dari apa yang ia katakan tentang transformasi itu, kira – kiranya ia akan
berbunyi: “Kain tidak membunuh Abil”. Afirmasi “berkenaan” dengan tuntutan itu
dengan demikian adalah sebuah pernyataan yang mengungkapkan (asserting) bahwa
tuntutan itu telah dijalankan (dilaksanakan). Akan tetapi, dari fakta bahwa
dari sebuah pernyataan mengenai penataan dari sebuah norma umum, secara logikal
muncul pernyataan tentang penataan dari sebuah norma individual yang sesuai
dengannya (dengan norma umum itu tadi), tidaklah dapat disimpulkan bahwa
keabsahan dari norma individual itu secara logikal diikuti oleh keabsahan dari
norma umum.
Menurut
Dubislav, aplikasi dari aturan logikal tentang inferensi terhadap tuntutan –
tuntutan berlangsung menurut asas berikut: “Sebuah tuntutan D dikatakan dapat
diderivasi (diturunkan) dalam pengertian yang luas dari sebuah tuntutan C, jika
afirmasi berkenaan dengan D sekurang – kurangnya dapat diderivasi dari afirmasi
berkenaan dengan C, dalam perkaitannya (in conjunction) dengan afirmasi –
afirmasi benar yang konsisten dengan afirmasi yang disebut pertama” (p. 34).
Jika diterapkan pada contoh yang diberikan, ini memunculkan: Tuntutan “Kain
tidak boleh membunuh orang lain” sejauh afirmasi “Kain tidak membunuh orang
lain” dan “Kain dan Abil adalah orang”;
(Disadur
dari buku berjudul “HUKUM DAN LOGIKA”, karangan HANS KELSEN)